REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pimpinan Pesantren Al Zaytun Indramayu, Panji Gumilang kembali membuat kontroversi dengan menyebut masjid sebagai tempat orang-orang putus asa. Pernyataan Panji Gumilang ini pun mendapat tanggapan dari Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Wakil Sekretaris Jenderal DMI, KH Rahmat Hidayat mengatakan, pernyataan seperti itu tidak seharusnya dilontarkan Panji Gumilang. “Pernyataan itu kan sepatutnya tidak keluar, tidak elok,” ujar dia wartawan kepada di Kantor DMI Pusat, Jumat (21/7/2023).
Di dalam Alquran, menurut dia, masjid justru merupakan tempat orang-orang yang ingin memakmurkan masjid, dan mereka termasuk dalam ciri-ciri orang yang beriman.
“Saya rasa dan saya yakin sepenuhnya, bahwa dalam pribadi saya maupun sebagai pengurus DMI bahwa orang yang aktif di masjid itu ingin dekat dengan Allah SWT, harus diapresiasi,” ucap Kiai Rahmat.
Sebelumnya, dalam ceramahnya yang viral di media sosial, Panji Gumilang menyatakan bahwa masjid yang sesungguhnya hanya berada di Vatikan. Sementara masjid di Indonesia hanyalah tempat berkumpul orang putus asa.
“Layak juga keluar dari orang yang menganggap dirinya sebagai tokoh muslim bahwa vatikan bukan pusat peradaban Islam. Kecuali di sebrang sana, yang ada cordova itu salah satu peradaban Islam,” kata Kiai Rahmat.
Di tempat yang sama, Wakil Ketua Umum DMI, Komjen Pol (Purn) Syafruddin juga menegaskan bahwa masjid sejak dulu sudah menjadi pusat peradaban. Bahkan menurut dia, masjid di Indonesia sekarang sudah mencapai satu juta.
“Sekarang masjid sudah satu juta di Indonesia dan pengurusnya 10 juta. Itu peradaban. Peradaban Islam di dunia ini melebar semua dibangun melalui masjid. Pendidikan pertama fi dunia ya di masjid. Jadi yang namanya peradaban lengkap di situ,” jelas Syafruddin.
Dia menuturkan, dalam sejarah juga mencatat bahwa ketika Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah yang pertama kali dibangun adalah masjid, yaitu Masjid Quba kemudian Masjid Nabawi di Madinay.
“Itu tahun 610 M. Jadi pusat peradaban, dan di sanalah dibangun peradaban Islam pertama di Masjid Nabawi. Setelah dibangun peradaban Islam pertama itu, lalu tersebar ke seluruh dunia,” kata mantan Wakapolri ini.
Di dalam video yang viral itu, Panji Gumilang juga menyatakan bahwa masjid-masjid yang berada di Indonesia tidak bisa disebut sebagai pusat peradaban melainkan sebagai tempat pungutan uang. Menurutnya, banyak kotak amal yang sering diletakkan di masjid dan sangat merugikan.
Terkait hal ini, Syafruddin menjelaskan bahwa kotak amal yang disediakan di masjid itu untuk kepentingan masjid dan umat Islam ikhlas beramal melalui itu.
“Ya pungutan amalnya di masjid-masjid untuk memperbaiki masjidnya yang rusak, dipelihara dan sebagainya. Dan itu orang ikhlas, tidak usah dipolemikkan. Saya hanya menyatakan bahwa masjid adalah pusat peradaban, ya, tidak bisa dibantah,” jelas Syafruddin.
Sebelumnya, dalam ceramahnya yang viral di media sosial, Panji Gumilang juga menyatakan bahwa berada di masjid Indonesia sama halnya seperti hanya duduk dan dipaksa untuk mengisi kaleng.
“Hanya duduk, dipaksa ngisi kaleng (kotak amal) keluar, selesai. Ini masjid perannya, katanya, sebagai pusat peradaban, tidak ada. Yang ada peradaban pungutan uang,” ucap Panji.
Menurut dia, orang-orang yang masuk ke masjid adalah orang-orang pelit dan baru akan memberi setelah kotak mati. “Kalau itu disebut peradaban, rugi. Makanya, orang yang masuk masjid ini pelit, matikan kotak, baru ngasih,” kata Panji.